Jumat, 24 Agustus 2018

Sebuah Ikhtiar



Dari alam mimpi kuseret tubuhku untuk beranjak berdiri. Sayup-sayup suara adzan subuh menggugah jiwa untuk segera bangkit. Namun mata sungguh tak mudah untuk berkompromi. Oooh… ada saja bagian tubuh ini yang masih berusaha menyabotase diri.  Masih dengan mata terpejam, kuhirup udara dalam-dalam. Kuhembuskan residu pernafasan sekuat-kuatnya. Kembali kutarik nafas lebih panjang, dan kusebarkan oksigen yang gratis dari Tuhan ke seluruh bagian. Perlahan… aku rasakan bagian demi bagian tubuhku, dan mataku mulai rela untuk mengangkat pelupuknya.

Alangkah indahnya saat kumulai pagi dengan senyuman penuh harapan. Kusapa semua titipan Tuhan yang tersusun sesuai aturan. Dari ujung kepala hingga ujung jari-jari kakiku. Mengucapkan salam agar turut bersemangat memenuhi setiap peran dan kewajiban. Dan mereka pun dengan sukarela menyatu untuk memberiku dukungan. Jika demikian, langkahku pun semakin ringan.

Mentari telah mengintip di ujung timur bersiap pancarkan sinarnya. Ayam-ayam yang berkokok pun mulai sibuk mencari makan. Kendaraan mulai terdengar berlalu-lalang di jalan. Pertanda kesibukan manusia mulai dijalankan. Meskipun dalam ketenangan malam pun masih banyak orang yang mengerahkan tenaga untuk dapat menghidupi keluarga. Mereka bekerja dalam kesunyian. Mau tak mau mereka pun harus menerima kenyataan.

Akupun bersiap untuk menjalani hariku. Perasaan jenuh dan bosan kadang menyelinap di hatiku. Mengapa itu-itu saja yang kulakukan? Rutinitas harian yang aduhai menjemukan. Namun seketika bagian diriku yang lain akan melayangkan pukulan. Plaaak!!!! Masih mau bilang bosan?! Kayak nggak tahu tujuan hidup saja. Tuuuh…. Banyak amanah yang harus dijalankan. Bersyukur masih diberi nafas untuk hidup. Kalau udah bosan, sudah siapkah dipanggil Tuhan?! Wuiih… galak betul kamu. Masak ngeluh dikit aja nggak boleh.  Kalau sudah ditampar demikian, tak ada pilihan. Kutuntaskan hariku dengan penuh rasa syukur tanpa keluhan.

Itulah kawan. Setiap saat pastilah konflik terus menghadang. Tak jarang kita harus berdamai dengan keadaan. Diawali dengan berdamai dengan diri sendiri. Yang kadang banyak keinginan, namun tak sesuai dengan kenyataan. Saat batin tidak seimbang , maka hari pun akan runyam. Sinergikan rasa, pikiran, dan tindakan. Damaikan jiwa untuk raih ketenangan. Damailah dalam setiap langkahmu. Karena damai itu diciptakan. Bukan serta-merta didapatkan. Dalam heningnya malam, aku jadikan pengalamanku sebuah renungan.

#damaidihati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar